Artikel

Youth Leadership Training

YLT (Youth Leadership Training)
9-10 Juli 2011
Curug Naga, Cisarua, Jawa Barat


9 Juli 2011

Hari ini, di sabtu pagi yang cerah,
Saya bersama kawan-kawan FORMENT’s (Forum Mentor seTanah Abang) mengadakan acara YLT (Youth Leadership Training) yang berlokasi di WanaWisata Curug Naga, Cisurua, Jawa Barat. Cukup banyak peserta yang ikut berpartisipasi, subhanallah melihat antusias sebagian peserta yang masih berstatus pelajar SMU/SMK. Mereka masih dapat menyisakan waktu untuk menuntut ilmu di waktu libur sekolahnya. Semoga kelak mereka menjadi hamba Allah yang selalu di cintaiNYA.

Telat satu jam dari rencana awal pemberangkatan, pukul 8 lewat mobil tronton yang kami gunakan melacu kencang melewati aspal jalanan dan meninggalkan asap knalpot. Memasuki Cisarua, mobil berjalan pelan. Memang karena bertepatan dengan akhir pekan, ternyata sudah banyak kendaraan yang lebih dahulu berdesakan memasuki kawasan tersebut.

Setelah hampir tiga jam mobil tronton berpacu di jalan raya. Alhamdulillah kami tiba di jalan masuk menuju wisata Curug Naga. Masih butuh beberapa waktu lagi untuk tiba di gerbang wisata Curug Naga. Menggunakan beberapa mobil omprengan, kami menyusuri jalan berbatu dan sedikit mendaki. Mahasuci Allah dengan segala keindahan alam ciptaanNYA. Belum sampai kami di tempat tujuan, namun kami sudah di suguhi pemandangan alam yang sempurna. Hijau yang menggantung di dinding tebing. Warna warni bunga menambah semarak keindahannya. Gemericik air terjun mencabik sunyi perjalanan kami.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Pukul sebelas lewat kami tiba di WanaWisata Curug Naga. Udara yang begitu asri, tenang yang menyapa. Seakan ingin selamanya hadir disana. Setelah itu kami berjalan menuju lokasi tempat kami melakukan kegiatan. Berjalan menuruni anak tangga berbatu, yang dikiri kanan terdapat jurang dan pepohonan. Beberapa menit kemudian kami tiba di lokasi, setelah berbincang sejenak dan pembagian kelompok dan kamar, lalu kami istirahat sejenak sambil menanti waktu zuhur tiba. Kami di bagi manjadi empat kelompok, dua kelompok ikhwan dan dua kelompok akhwat. Nama kelompok kami merupakan nama anggota tubuh, yaitu telinga, tangan, tangan ikhwan dan kaki.

Bunyi peluit dari panitia, waktunya berkumpul di aula untuk menyiapkan diri melaksanakan sholat zuhur. Selesai sholat berjamaah dengan menjamak sholat zuhur dan ashar, makan siang telah menanti. Dengan lahap, para peserta menikmati menu makan siang kami yang berupa semur ayam, sayur dan kerupuk. Alangkah nikmat makan siang berdampingan dengan keheningan alam yang hijau dan berkumpul bersama kawan-kawan.

Setelah makan siang, panitia mengadakan fun games. Yaitu berlomba menuang air dari kantong plastik yang telah di sediakan. Tiap peserta memegang satu buah plastik.
Sebelumnya kami di bagi menjadi beberapa kelompok. Secara estafet, di mulai dari peserta terdepan berusaha menuangkan air ke peserta di belakangnya sampai deretan terakhir tanpa boleh tumpah. Yang tercepat dan paling banyak jumlah airnya, kelompoknya tersebut yang menang.

Pukul satu siang, kami berkumpul untuk mendengarkan uraian taushiyah yang disampaikan oleh Bapak Hendrakus. Tema yang di ambil mengenai “PENTINGNYA MENUNTUT ILMU”. Bagi setiap muslim menuntut ilmu adalah kewajiban. Seperti kata pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Karena Allah akan meninggikan beberapa derajat bagi para penuntut ilmu. Dan jika kita meninggal dalam keadaan menuntut ilmu atau menuju majlis ilmu, maka kita akan di hitung sebagai syahid, insyaALLAH. Karena kita sedang berjihad menuntut ilmu. Sungguh indah balasan yang Allah persiapkan bagi siapa saja yang hendak menuntut ilmu.

Ba’da ashar, kami kembali berkumpul di aula untuk menyimak materi kedua yang di sampaikan oleh Ust. Syarif. Mengambil tema “TAUHID”, kami kembali di ingatkan mengenai pentingnya ikhlas ketika beribadah. Tanpa sadar, seringnya kebaikan yang kita lakukan terselip rasa riya’ (ingin di puji orang lain). Na’udzubillah. Riya’ adalah syirik kecil. Menyekutukan Allah meskipun tersamar. Sifat ikhlas dan riya’ terkadang sangat sulit di nilai, bagaikan seekor semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di malam yang gelap. Saking tipisnya, bahkan kita tak sadar tatkala melakukannya. Bahkan ketika tidak jadi melakukan kebaikan di karenakan takut dilihat atau di puji orang lain, dapat di kategorikan sudah terjangkit riya’. Karena kita berbuat bukan karena Allah tapi karena takut akan pujian orang lain. Wallahua’lam.

Semoga semua materi yang di sampaikan pembicara dapat menambah wawasan keilmuan para peserta dan dapat di aplikasikan dalam keseharian serta menjadi ladang amal tatkala di sebarluaskan. Aamiin.

Menjelang maghrib, waktunya istirahat kembali. Bersih-bersih diri.
Azan maghrib berkumandang. Kembali sholat berjamaah dilaksanakan. Selepas maghrib para peserta menyantap makan malam yang disediakan pihak pengelola. Nikmatnya rezeki yang telah Allah berikan di tambah dinginnya malam puncak yang mulai terasa. Bercanda dengan kawan. Berbagi cerita, suka dan duka. Indahnya persaudaraan.

Selepas isya’, acara selanjutnya bernama “jalur Gaza”. Maksudnya adalah kami di bagi menjadi 2 kelompok, ikhwan dan akhwat berjalan menyusuri jalanan gelap yang siang tadi kami lewati sewaktu mencapai lokasi acara namun kini tanpa penerangan sedikit pun. Jalur ikhwan dan akhwat di pisah. Berbekal kewaspadaan, kami berjalan bersama. Kekompakan merupakan hal terpenting, karena bahaya bisa datang kapan saja. Tujuan kegiatan ini adalah supaya kita dapat merasakan keadaan di Gaza Palestina, dimana penerangan merupakan barang yang mahal akibat embargo Israel. Sambil berjalan kami tak boleh lengah karena ada secarik kertas yang di taruh di dalam botol yang berisi petunjuk untuk membuat bahasannya yang akan di presentasikan setelahnya. Kurang lebih setengah jam, kami telah kembali ke aula. Sejenak istirahat dan kami di tugaskan membuat pembahasan mengenai tema yang kami dapatkan di dalam botol di tambah membuat sebuah puisi mengenai Gaza. Ke empat kelompok mempresentasikan materi dengan baik dan puisi-puisi yang di bawakannya pun sungguh membuat hati tersentuh. Semoga Palestina akan merdeka seutuhnya dan Yahudi laknatullah akan hengkang dari bumi ini selamanya. Aamiin.

Rencananya panitia akan menyuguhkan film “Alangkah lucunya negeri ini”. Namun di karenakan sesuatu hal, acara nonton bersama di tiadakan dan di ganti dengan fun games. Yaitu mengambil kacang atom yang di tiup dengan sedotan. Ternyata tak semuanya peserta mampu melakukannya, mungkin karena di butuhkan nafas yang panjang. Tak apa, karena di bagi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, jadi peserta yang bisa membantu teman lainnya. Indahnya saling membantu.

Malam kian larut. Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas. Dan panitia pun mempersilahkan kami untuk kembali kekamar masing-masing. Tak lupa mengingatkan untuk bangun pada pukul empat pagi untuk melaksanakan qiyamullail.

Hening di malam minggu. Hanya suara alam yang mengisi kesunyian. Hawa dingin tak terasa menampar kulit ari. Namun kenikmatan bermalam di tengah sabda alam tak akan terlupakan.




10 Juli 2011

Hawa dingin rupanya membuat kami terlena, hingga sulit rasanya membuka mata. Terlebih di pagi buta seperti ini. Namun teringat akan janji Allah kepada hambaNYA yang takkan menyia-nyiakan doa seorang hamba yang terbangun di sepertiga malam terakhir membuat kami bergegas menyambut panggilanNYA. Tetesan air wudhu perlahan membuat mata kantuk kami terbuka lebar. Berbalut dinginnya hawa puncak, kami mulai sholat tahajjud. Begitu nikmat, tiada kata yang mampu mengungkapkan kenikmatannya. Sujud kepada Allah di tengah alam ciptaanNYA. Selesai sholat tahajjud kami, kami lanjutkan dengan sholat subuh berjamaah dan kultum yang di isi oleh panitia.

Setelah itu kami berjalan menuju tanah lapang dekat aula dan melakukan senam pagi sambil menghirup udara pedesaan yang sejuk. Di iringi tawa riang, kami melakukan gerakan ringan yang juga bermanfaat untuk pemanasan trekking menuju curug nantinya.

Sarapan pagi telah tersedia, dengan lahapnya kami makan. Sangat nikmat, meski hanya dengan sepiring mie goreng. 

Menjelang siang -sekitar pukul delapan kurang- para peserta bersiap-siap untuk melakukan trekking menuju curug. Tidak lupa menggunakan pelampung, seluruh peserta mengikuti instruksi dari panitia berjalan menyusuri jalan setapak menuju sungai. Mulai memasuki sungai yang tak terlalu deras, beberapa peserta yang belum bisa berenang terlihat kewalahan, namun masih terkendali karena adanya pelampung. Kemudian satu persatu peserta diminta melompat terjun ke sungai dari atas sebuah batu besar. Ada beberapa peserta yang terlihat ketakutan untuk melompat, mungkin karena takut ketinggian dan ada pula beberapa yang bahkan tak ikut melompat.

Setelah adegan tersebut, perjalanan di lanjutkan dengan melakukan trekking menuju curug Barong (salah satu curug yang berada di kawasan curug Naga). Trek yang di lewati lumayan menantang. Batu-batu kali yang besar, di mana perlu kehati-hatian untuk melewatinya. Terpeleset bisa menjadi salah satu resikonya. Karena bercampur dengan air sungai, maka trek tersebut sangat licin. Tapi, walau bagaimanapun tantangan itu sungguh menyenangkan karena bersama kawan-kawan melewatinya. Saling tolong menolong.

Di ujung perjalanan, suara deras air terjun menyambut kedatangan kami. Namun trek yang kami lewati mengharuskan kami harus terjun atau melompat (kembali) untuk sampai ke air terjun yang tinggal beberapa meter lagi. Banyak peserta yang tanpa rasa takut, langsung terjun melompat. Namun ada pula peserta yang takut ketinggian, maju mundur untuk melompat. Walaupun akhirnya melompat juga. Toh, karena tak ada jalan lain. 

Berenang melawan arus dengan menggenggam seuntai tambang, peserta menuju air terjun. Seluruh peserta terlihat exiting menyaksikan ciptaan Allah yang luar biasa. Setelah melalui medan yang lumayan melelahkan. Kami di suguhi oleh keindahan air terjun ciptaan Allah yang begitu sejuk tanpa kontaminasi. Maha Besar Allah. Puas bercengkerama dan foto bersama, seluruh peserta kembali menuju lokasi acara melalui jalur berbeda. Pukul sebelas kurang, kami sampai sudah kembali ke lokasi acara. Bersih-bersih, packing barang karena ba’da zuhur kami akan kembali ke Jakarta.

Azan zuhur berkumandang, kami sholat berjamaah. Lalu semua peserta berkumpul, memberikan kesan dan pesannya. Di akhiri dengan doa penutup, seluruh peserta saling berpelukan haru (tentunya ikhwan dengan ikhwan dan akhwat dengan akhwat ). Meskipun hanya dua hari satu malam, waktu yang terasa begitu singkat namun mampu membuat keterikatan di hati masing-masing peserta. Kesan yang begitu mendalam. Semoga persaudaraan ini tak hanya sejenak tapi bisa berlanjut selamanya. Semua hanya karena Allah. Aamiin.

Sekitar pukul satu siang, kami berjalan menuju gerbang wisata. Tak lupa foto bersama di tengah perjalanan sambil membentangkan spanduk acara. Kebersamaan yang tak terlupakan.

Menggunakan mobil tronton yang sama saat kami berangkat. Perjalanan pulang kami terasa menyenangkan, meskipun harus berdesak-desakan. Tampak banyak peserta yang kelelahan dan tertidur. Hawa kota Jakarta pun telah tercium saat kami memasuki tol. Jakarta, kami datang kembali, dengan semangat baru yang semoga dapat kami sebarkan kepada yang lainnya.

Semoga banyak manfaat yang bisa di ambil dari perjalanan ini. Dimana tak hanya sekedar senang-senang tanpa manfaat tapi juga sambil menuntut ilmu dan merajut persaudaraan.



-20 Juli 2011-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar