Artikel

Jilbab, bukan mainan

Ketika jibab itu membalut tubuhmu
Jangan pernah kau hempaskan ia 
Atau bahkan bermain main dengan jilbab mu
Didalam rumah kau tanggalkan jilbab mu 
Di luar rumah kau kenakan jilbab mu

Jilbab bukanlah seragam 
Yang hanya dikenakan saat bepergian 
Supaya tampil mencolok 
Supaya dibilang Shalihah
Padahal dirumah pun pakaian mu tak pantas

Jadikan jilbab mu penghalang orang asing
Menjadi haram menatap bagian tubuhmu yang tak pantas terlihat
Di manapun, di manapun 
Bahkan jika orang asing itu masuk ke dalam rumahmu

Lepas kan jilbab itu saat kau sendiri
Saat kau bersama mahram mu 
Tetap saja mesti kau perhatikan pakaianmu

Sesungguhnya, seseorang yang hanya pantas 
Menatap mu seutuhnya tanpa penghalang nantinya
Hanyalah suamimu, hanyalah suamimu
Bukan yang lain 

Karena Hidayah itu teramat mahal
Sekali kau dapatkan, dekap ia kuat kuat
Berkali kali kau permainkan ia
Kelak hatimu akan keras seperti batu 

Ummu Ahmad 

Nikah, sebuah lelucon

Ku nikahi engkau untuk menutupi malu
Ku nikahi engkau supaya janinmu memiliki status 
Ku nikahi engkau, tiada sedikit pun rasa
Ku nikahi engkau karena terpaksa

Dulu, kita bertemu karena rasa
Sebuah rasa yang tak biasa
Sebuah rasa yang kemudian berganti nafsu
Merasakan tanganmu menyentuh tanganku
Mencoba kecupan kecupan diwajahmu
Sungguh, aku inginkan lebih
Mengecap tiap jengkal tubuhmu
Yang sebelumnya selalu kau pamerkan 
Pada tiap lelaki, juga aku

Aku bukan lelaki suci 
Dan ku Tau kau pun sama
Sepasang tubuh yang sering terjamah nafsu
Bebas, tanpa pamrih kita memberi
Seolah tubuh tiada berharga 
Hanya sekedar pelampiasan hasrat

Nikah, hanya sebuah lelucon
Jika aku bisa merasakan mu tanpa adanya ikrar
Sepuasnya tanpa kau batasi
Bahkan kau yang mendatangi

Tak pernah terbersit rasa bersalah
Karena dosa pun Tak bertanda

Kini aku berstatus Imam mu
Tapi bukan ayah anakmu
Meski aku yang menanam benih nya
Atau mungkin bukan aku yang menanamnya

Entah bagaimana kita kelak
Bukan karena cinta kita bersatu namun karena nafsu
Bahkan seruan agama hanya berlalu
Kita kini, adalah yang kita tanam dahulu

25 Mei 2015
Ummu Syauqi 

Anak - anak adalah titipan

Anak-anak adalah titipan 
Titipan Rabb kepada kita 
Yang terpilih memiliki gelar orangtua
Mendidik dan merawat sebaik-baiknya 

 Anak-anak adalah titipan
Jangan titipkan lagi ia pada televisi
Jangan titipkan pula ia pada Gadget 
Ia akan tenang sementara
Sedang jiwanya bergejolak
Imajinasi nya terpapas
Nuraninya terhempas
Geraknya terbatas

Ajak ia mengenal alam
Mencium wangi bunga
Menikmati mentari pagi
Berlarian ditanah lapang
Mengejar dan menendang bola
Berguling-guling diatas tanah selepas hujan
Mengenal berbagai karakter manusia

Biarkan saja rumah semrawut 
Asal anak- anak bergerak bebas
Bukan seperti patung yang bernyawa 
Ajak ia memasak, mengenal bumbu, perabot dapur
Kenalkan ia pada sapu dan lap pel
Biarkan pakaiannya penuh noda
Kelak ia mampu membantu tanpa diminta
Biarkan ia belajar sambil bermain dan bergerak 

Karena anak-anak adalah titipan
Bukan perusuh dan pengacau
Ia hanya ingin mengenal dan belajar
Memberitahu bahwa ia mampu

Karena anak-anak adalah titipan 
Jangan jadikan ia hamba televisi
Jangan jadikan ia pengikut Gadget 
Jangan biarkan ia berkata kosong tak bermakna 
Jangan biarkan ia berlaku tak seharusnya

Karena anak-anak adalah titipan 
Kita lah yang patut di contohnya
Bukan artis- artis di negeri dongeng
Kepada kita lah tanggung jawab itu diserahkan 
Kepada kita lah kelak tanggung jawab di pertanyakan
Bukan televisi
Bukan pula Gadget

15 Mei 2015
Ummu Syauqi 


Don't Judge A Book By Its Cover

Don't judge a book by its cover
Jangan menilai sebuah buku hanya dari sampul nya saja. Ya, kebanyakan dari kita -termasuk saya- begitu hebat dalam menghakimi seseorang, yang mungkin kita kenal begitu banyak sifat negatif yang dimilikinya. Memang, semua orang memiliki dua sifat yaitu baik dan buruk -termasuk saya-. Bahkan sebaik apapun seseorang atau seburuk apapun seseorang, tidak ada yang memiliki kebaikan atau keburukan sempurna hingga seratus persen. Saya berfikir seperti itu. Acap kali ketika saya berbicara mengenai keburukan seseorang, maka saya akan terus dan terus ingin selalu mengorek keburukannya seolah tiada satupun kebaikan yang tidak pernah saya dapatkan darinya. Padahal hati kecil saya seperti berontak saat melakukan itu. Setelah selesai mengupas habis tentang keburukan orang lain, tak jarang hati saya diliputi perasaan sesal. Ya Rabb, telah ghibah kah saya ???

Selalu, tanpa kita sadari ketika membicarakan keburukan orang  lain, maka kita seolah-olah yang terhebat dan yang paling benar. Atau paling tidak, minimal kita lah yang akan terasa paling menderita akibat kelakuan orang tersebut. Astaghfirullah.... Rabbighfirlii...

Rabb, kami sering luput dari memikirkan kebaikan seseorang yang sering kami bicarakan keburukannya. Kami sering lupa bahwasanya orang yang kami bicarakan tak lebih buruk dari kami sendiri. Kami lupa bahwa nikmatMu mungkin saja sampai kepada kami melalui orang tesebut. Kami sering mengaku beriman tapi lidah kami ringan membicarakan orang lain. Rabbighfirlii... Rabbighfirlii...




Saat Hati Rindu Menikah

Persiapkan hatimu sebaik-baiknya. Karena menikah tak selalu berisi tawa ceria ditiap detiknya. Tak akan selalu bahagia yang kau rasa. Periksa kembali kesungguhan hatimu dalam melangkah untuk menjadi seorang istri dan suami. Bukan sekedar "ingin". Bukan karena godaan dari lingkungan sekitar yang memaksamu untuk segera mencari pasangan. Bukan, bukan karena itu. Luruskan kembali niat yang sempat bengkok, sempurnakan kembali ikhtiar yang masih separuh hati dan maksimalkan doa di sepertiga malam. 

Mereka yang sudah mengecap bahtera rumah tangga dan berada disekitarmu, jangan jadikan mereka sebagai objek yang membuatmu iri ingin berada di posisi yang sama dan mengkhayal kan keindahan tiada tara. Amati mereka, bagaimana visi dan misi rumah tangganya, keseharian mereka dan sebagainya. Jadikan mereka sebagai ladang ilmu untuk persiapan kelak menuju bahtera rumah tangga. Karena mereka yang lebih dulu berumah tangga, belum tentu lebih baik daripada yang baru saja menikah. Dan yang baru menikah, jangan sampai kehidupan rumah tangganya menjadi kosong tanpa ilmu sedikitpun. Jika sesuatu sudah berjalan sebagaimana mestinya, dengan Allah yang menjadi sebab dan tujuan, insyaAllah semuanya akan terasa tenang dan tenteram.

11 Januari 2014