Artikel

Gadis, Kau Wanita Mulia

Hai gadis,
Ku tahu kau bukan gadis lemah
Atau seorang gadis yang kesepian
Kau mampu memberi semangat
Kau mampu menatap tegas dunia

Diantara beragam tugas yang mendera
Diantara lika liku kehidupan kota
Kau tangguh bagai karang dilautan

Kawan gadismu bertebaran
Meski sementara luput dalam pandanganmu
Banyak yang mencintaimu 
Meski kadang terabaikan 

Gadis, mengapa kau cari cinta yang lain
Mengapa kau cari kasih yang tersisih ?

Ya, kasih yang tersisih
Dengan mencari seorang saudara 
Yang kau panggil Abang, Kakak, Mas
Dan ku tahu ia bukan saudara kandungmu

Kau mendekatinya seolah kau teramat mengenalnya
Kau bilang kau nyaman
Melebihi persaudaraan dengan kawan gadismu
Kau labuhkan tiap rasa padanya

Dan sekali lagi
Kau dan dia berbeda jenis kelamin

Kau bilang sudah kau anggap abang
Yang kutahu baru sebulan kau mengenalnya
Entah siapa yang mengesahkan hubungan "persaudaraan" mu
Sedang ku yakin orangtuamu pun tidak tahu

Kau bilang hanya sebagai abang
Mungkin terjerumus dalam hubungan terlarang
Rasa cinta bisa jadi mengincar
Panah syaithan bisa jadi memburU

Gadis, aku yakin
Sudut terdalam hatimu akan merintih
Jika kau selalu abaikan nuranimu
Yang inginkan kau selalu dalam kebaikan

Gadis, kau wanita mulia
Ruang hatimu, cukup Allah saja yang tahu
Lelah ragamu, biar saja Allah jadi pelipur lara

Atau kau bisa curahkan pada Ayahmu, Ibumu, saudara kandungmu
Kawan gadismu dan yang menenteramkan hatimu

Sebenar-benar kenyamanan hati
Hanya dalam balutan ridhoNya

Karena kau wanita mulia

Kita Memang Beda

Kawan, jika aku membencimu
Mungkin ada satu kebaikanmu yang kucinta
Jika aku berpaling darimu
Mungkin ada satu hal yang akan kurindukan
Jika aku pernah merasa sedih akanmu
Mungkin ada setitik hikmah yang bisa kugapai

Kawan, kita memang berbeda
Sungguh teramat berbeda
Diantara kelebihanmu
Kau jadikan pelengkap kekuranganku

Kawan, kita memang berbeda
Dan tak akan pernah sama
Karenanya Allah jadikan kita saling mengenal
Menyatu dalam kekurangan
Berbagi dalam kelebihan

Kawan, ku ingin kau bagai pedagang minyak wangi
Ya, itu harapanku
Kelak, jika ku selalu disampingmu
Kau perciki aku dengan minyak wangimu
Atau paling tidak
Kau beri aku hembusan wanginya

Kawan, jika kau menjadi tukang pandai besi
Izinkan aku menjauhimu
Bukan, bukan aku tidak setia
Sungguh aku tak tahan dengan perih percikan apimu
Mungkin, jika nasihatku telah menyentuhmu
Dan doa telah terlantun untukmu
Kubiarkan Allah menjalankan kuasaNya

Kawan, kau bukan kawan biasa
Ku ingin mengenggam tanganmu selalu
Bersama menggapai ridhoNya
Diantara kelebihan-kelebihan kita
Dalam batas kekurangan-kekurangan kita

InsyaAllah...

Tinggalkan yang meragukanmu (Kisah Muslimah)

"Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu (berpindahlah) kepada apa-apa yang tidak meragukanmu, karena kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keraguan."
HR. At Tirmidzi

Allah yang selalu menuntun hati manusia untuk selalu condong kepada kebaikan, namun terkadang ada saja hal-hal (baca:hawa nafsu) yang membuat tuntunan itu menjadi tersamar. 

*****
Qisthy mendapat undangan sebuah acara, namun ia menjadi risau karena tempat dilaksanakannya acara itu cukup jauh sedangkan ia harus naik kendaraan umum. Bersamaan pula dengan jam pulang kerja. Berdesak-desakan, berdiri, macet dan lelah, semua menjadi satu. Kemudian Qisthy berfikir untuk bisa berangkat bersama ketempat acara dengan seorang kawannya (berlainan jenis), karena tempat kerjanya berdekatan. Sempat mengirimkan pesan singkat untuk bertanya namun belum meminta berangkat bersama, namun Qisthy ragu. Hatinya tidak tenang, tatkala hendak melanjutkan perjanjian (terlarang). Qisthy yang masih lajang berada dalam dua pilihan, kemudahan atau keridhoan Allah. Ia berfikir, jika ia mengabaikan perintah Rabbnya dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia akan mudah cepat sampai tujuan namun dengan hati yang diliputi ketidaktenangan. Qisthy pun memilih pilihan yang kedua, keridhoan Allah (yang menenangkan hatinya). Melewati jalanan Ibukota yang dahsyat dengan kemacetan, berjibaku dengan beragam aroma khas bus kota, menggelayut tiang-tiang rapuh diantara himpitan para pejuang nafkah. Sungguh, berbekal keridhoan Allah yang Qisthy pilih, semua ia jalani dengan penuh ketenangan dan kenyamanan. Segalanya menjadi bermakna, segalanya menjadi indah meskipun berada dalam kondisi jauh dari kenyamanan. Tetapi dalam perjalanan yang tidak nyaman itu, banyak kemudahan yang diberikan Allah laksana bonus kesabaran yang telah Qisthy jalankan. Ia banyak berfikir, jika Allah tidak menuntunnya untuk meninggalkan keraguan, sudah pasti ia akan berada dalam kegelisahan, meskipun kemudahan nampak padanya. Kasih sayang Allah amat terasa olehnya, yang hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya. Hanya inginkan dirinya berada dalam jalur yang benar.  Menjauhkan Qisthy dari hal-hal yang tidak diridhoiNya.

*****
Subhanallah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Berusaha menyertakan Allah dalam setiap urusan kita, baik kecil maupun besar. Efek dari belajar untuk menyertakan Allah demi menggapai ridhoNya adalah berkurangnya secara perlahan tingkat ketergantungan kepada hamba. Karena hanya Allah yang menciptakan kita, maka Dia-lah yang jauh lebih mengetahui apa-apa yang terbaik dari kita. 

Jika kita membahasa mengenai kebingungan Qisthy yang pada akhirnya memilih "berdua" dengan Allah, insyaAllah kelak ia akan menjadi musimah yang tangguh. Qisthy adalah wanita dan sejatinya adalah makhluk yang lemah. Tapi ia tidak ingin melemahkan diri dihadapan hamba justru ia melemahkan diri dihadapan Rabbnya. Tiada daya dan upaya kecuali milik Allah. Ia pun berubah menjadi muslimah yang bisa mandiri dengan kekuatan dari Rabbnya. Ia bisa tersenyum dengan segala keberanian yang dihadirkan Allah.

Allahua'lam


(Ragu dalam tulisan ini mengangkat salah satu kisah muslimah, meskipun ragu bisa melingkupi segala macam persoalan)

Rekayasa Berita

Jika kau ingin pintar
Tontonlah berita televisi
Dengarkan radio
Baca koran
Atau searching via internet
Bisa juga beli buku sesukamu

Jangan hanya sekedar pintar
Berusahalah kita untuk cerdas
Jangan menelan mentah-mentah
Berita-berita yang tersaji
Meski teramat sempurna penyajiannya

Cerdasnya bukan sembarang beragumentasi
Bukan bebas berkoar dan beropini
Bukan lantang seakan menantang
Atau sekedar mengikut

Kita pasti tahu
Atau pura-pura tak tahu
Saat hitam menjadi putih
Dan putih perlahan menghitam
Semua menjadi abu-abu
Dan uang sekali lagi berkuasa
Demi perut, penampung sementara
Segumpal kotoran

Dukung yang diyakini benar
Tak sekedar benar
Dengan landasan iman yang benar
Bukan sekedar nafsu yang berkata

Meski panah syaithan menghujam ketenteraman
Dan kita lihat,
Berita itu bagai sebuah kamuflase
Demi apa dan untuk apa
Menjadi jelas dengan otak yang cerdas

Bukan sembarang cerdas
Bukan sembarang ber-otak

Karena sicerdas, demi uang pun
Mampu menebar benih kekejaman
Bagi pelaku renta
Sedang yang bertaring syaithan
Terbahak menyebar kemewahan

Karena sicerdas mampu menjual kebenaran
Mampu membeli sebuah berita
Ada uang didalam kantong

Sipintar keblinger
Sicerdas menjadi culas
Yang tegak dimiringkan
Yang miring ditegakkan
Nurani tependam didasar samudera

Tetaplah cerdas
Tak asal menggilas
Ada Tuhan Sang Maha Pemberi Balas

Yang terdengar belum tentu benar
Yang tersaji belum tentu berisi
Dan berita belum tentu fakta

Karena, Kau Yang Terindah

Gadis, kau secantik mawar ditaman
Terlihat namun tiada tersentuh
Wangimu menyergap segala penjuru
Suka cinta kala kau hadir

Gadis, kau teramat cantik
Dan cantikmu, tak pantas dilirik
Kau mutiara didasar lautan
Dan kau hanya untuk yang terindah

Dahulu, kau kenakan pakaian sesukamu
Hingga aurat itu 
Kau tampakkan pada semua

Gadis, kini kau bertambah cantik
Sejak tubuhmu berbalut pakaian panjang
Dan sehelai kain penutup kepalamu
Ku tahu kau ingin berbeda
Juga ingin terlihat sempurna

Gadis, kulihat aneh pada tubuhmu
Mengapa tiada berbeda ?
Balutan panjang pakaianmu
Tak berdampak pada tubuhmu
Indahnya tubuhmu tetap melekuk indah
Indah rambutmu menerawang sempurna
Panjang rambutmu membentuk punuk onta
Jenjang kakimu hanya berganti berwarna

Gadis, kau yang tercantik
Tuhanpun teramat sayang padamu
Entah kau acuh atau tidak tahu
Namun kau tetap yang terindah
Dan Tuhanpun Maha Penyayang

Gadis, yakinlah kau tetap menarik
Meski jilbab tebal panjang yang kau pilih
Dan menutup sempurna indah rambutmu
Meski jambul (punuk onta) rambutmu tak kau tampakkan
Meski baju panjang tak berlekuk
Menutupi seluruh tubuh indahmu
Meski rok panjang menutupi kaki jenjangmu

Gadis, yakinlah kau yang tercantik
Dalam balutan pakaian taqwamu
Adalah rem bagi prilakumu

Jika kau bilang seperti itu merepotkan
Dan bahkan kau beum mencoba

Gadis, itu hanya bisikan nafsumu
Yang inginkan tubuh indahmu
Tetap lalu lalang menerawang

Dengarkan nuranimu
Selalu inginkan kebaikan padamu
Mentaati titah Tuhanmu
Bukan separuh atau sekedarnya
Meski kau terasingkan
Tapi Tuhanmu adalah yang utama

Gadis, pakaian taqwa itu adalah sebaiknya
Menjauhkan indahmu dari lirikan nakal lawan jenismu
Yang melindungimu dari bencana penyakit
Yang memberimu berjuta hikmah

Karena, kau yang tercantik
Karena, kau yang terindah


*****

Rosululloh SAW bersabda:
“Ada 2 macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian” (H.R. Muslim).

Kawan, kau hebat


Kawan, kau pernah terjatuh
Aku juga pernah
Kau pernah menangisi khilaf
Aku juga sama

Bukan siapa mendahului siapa
Tapi hidayah datang tiba-tiba
Dengan hati lapang menyambutnya

Kawan, kau hebat
Kau jatuh, tergugu
Dan bangkit tanpa mengaduh

Kawan, kau buka hati lebar-lebar
Kau buka jiwa hingga mekar
Semangat dan tekad
Kau camkan hingga membakar

Kawan, kau hebat
Kau lemah bukan penghambat
Memang Tuhanlah Yang Maha Kuat

Dan kini kau sedang meniti cintaNya
Dengan pijak tegap menyergap
Serta doa yang selalu kau dekap

Kau pernah tersakiti hambaNya
Kelak kau mendapat cintaNya
Dalam batasmu dalam  inginmu
Biar duka cita kau reguk dalam-dalam

Jadikan Saja Aku Yang Kedua

Kawan, jangan kau cinta aku
Bisa jadi kau kecewa padaku
Namun, jangan pula kau benci padaku
Bisa jadi kau belum tahu siapa aku

Aku dan kau hanya butuh sepasang tangan
Yang akan kita genggam kala kita melangkah
Aku dan kau hanya butuh sepasang telinga
Yang siap mendengar, kala jengah kita telah memuncak
Aku dan kau hanya butuh sepotong hati
Untuk bersandar atas segala lelah

Tapi maaf, jadikan saja aku yang kedua
Dan aku pun ingin jadikan kau bukan yang pertama
Kau tahu kawan, Allah itu yang pertama
Dan tidak akan menjadi kesekian

Ingat kawan, ingatkan pula aku
Bahwa aku bisa lelah
Bahwa aku bisa berpaling

Aku bisa abaikan kau
Meski dulu beribu kagum tercurah untukku
Aku bisa selembut angin pegunungan
Juga kadang berubah bak lahar yang mengalir

Kawan, aku khilaf perhatikan kau
Telingaku kerap mendadak tuli
Ku bungkam akan dukamu
Yang lalu lalang menjadi bayang

Ada sebuah kalimat
Kau bercerita duka pada yang sedang berduka
Dan suka tidak akan kau dapat

Kita pernah terjatuh
Dan kita pernah terlupa

Segala rasa biar menjadi warna
Untuk kita
Bukan jadi milik bersama

Tegur aku dalam ketidaksukaan
Tegur aku dalam kebencian
Dan dunia, abaikan saja 

(Curhat) Sang Mantan

Semalam aku mengirim SMS kepada seorang kawan.

Aku bertanya, “Hai Fulanah, bagaimana rasanya tidak lagi berpacaran ??

Kawanku menjawab dengan sebuah kalimat kiasan, “Dulu saya bagai meminum air berwarna dan kini saya bagai meminum air putih.”

Agak mengernyitkan alis ketika saya membaca balasan SMS itu. Air  putih dan air berwarna ?? apa maksudnya ?

Saya kembali mengirimkan SMS untuk mendapatkan jawaban untuk pernyataan yang membingungkan saya.

Saya sekarang seperti meminum air putih. Rasanya tawar tapi saya tidak akan mau untuk merasa bosan. Karena saya sudah tahu manfaatnya. Semakin saya banyak minum air putih itu semakin banyak manfaatnya untuk diri saya. Mungkin selama ini saya lebih suka air berwarna, tanpa sadar air berwarna itu yang membuat diri saya menjadi tidak sehat. Jomblo itu air putih dan pacaran adalah air berwarna.

Begitulah balasan SMS yang membuat saya mengerti akan perasaannya kini. Dan itulah curhat langsung dari “Sang Mantan”.

Dulu saya kenal ia masih menganut sistem pacaran. Ia pun dekat dengan kawan pria lainnya. Terlebih lingkungan kerjanya yang memang belum ada batasan mengenai pergaulan, sedang kawan saya masih belum bisa terlepas dari lingkungan seperti itu meskipun hatinya sering dilanda kegelisahan. Keterbatasan pergaulan juga membuat dirinya seakan terkungkung pada dunia yang itu-itu saja, termasuk masalah pacaran (terasa aneh bagi yang tidak mau pacaran). Ia jengah.

Alhamdulillah. Perlahan ia ditunjukkan Allah lewat kegelisahan hatinya ketika melakukan sesuatu yang tidak Allah sukai. Fulanah dibukakan pikirannya untuk lebih banyak mencari ilmu yang bermanfaat. Hal-hal yang dulu seakan nothing baginya, kini menjadi makanan jiwanya. Dia menjadi jauh lebih bersemangat. Ia ingin melepaskan sedikit demi sedikit pengaruh pergaulan dari lingkungan pekerjaannya. Hingga ia ditakdirkan berpindah dari tempat kerjanya, ia mulai berhijrah untuk berkerudung.

Tentang pacarnya. Allah menunjukkan suatu jalan melalui suatu peristiwa yang akhirnya secara tidak langsung membuka keburukan sifat pacarnya. Dan Fulanah tidak lagi berhubungan dengan pacarnya sejak saat itu.

Berawal dari niat untuk berubah kearah lebih baik dan Allah mendengar setiap keinginan walaupun yang belum terucap. Perlahan Allah menunjukkan kasih sayangNya lewat jalan yang tidak disangka-sangka.

Lalu, apa kabarnya dengan hati Fulanah kini ??

Diantara lalu lalang pasangan (tidak halal) didepan matanya, seperti sebuah isyarat kebahagiaan bahwa ia telah meninggalkan sesuatu yang buruk, ia menjadi beda. Beda dalam kebaikan. Apalagi ketika ia semakin paham sederet efek negatif dari pacaran dari beberapa artikel yang ia baca atau dari kisah kawan-kawannya.

Fulanah kini paham tentang arti kesia-siaan dalam berpacaran. Ketika berpacaran belum tentu pacarlah yang menjadi jodohnya kelak. Padahal sudah capek hati, capek pikiran, capek tenaga, capek kantong dan capek segalanya untuk si pacar. Lebih baik ia menggunakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat hingga nanti pada saatnya biar Allah memberikannya seorang suami, bukan pacar.

Meskipun sempat merasakan agak trauma dengan seorang pria bahkan seperti “mati rasa”, namun kini ia jauh lebih baik. Pria dan pacaran, bukanlah satu-satunya masalah yang menggelayut hatinya. Ia lebih merasa enjoy saat ini, ia bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya belum bisa ia kerjakan karena berpacaran. Ia lebih bisa menjaga diri dan hatinya dari seseorang yang belum halal. Ia menjadi lebih dekat kepada PenciptaNya. Ia jauh lebih menikmati hidupnya kini. Alhamdulillah.

Fulanah kini masih sendiri dan acapkali mendapat undangan pernikahan dari kawan-kawannya. Terkadang ia diminta menjadi panitia pernikahan. Sebagai seorang wanita normal, pastilah memiliki keinginan untuk mengundang karib kerabatnya juga dalam sebuah pernikahan spesialnya. Tapi Allah masih menginginkannya untuk menuai pahala menempuh kesabaran. Keinginan yang terbersit tak membuatnya patah arang. Penantiannya kini menjadikan ia lebih strong dan tidak lembek sebagai seorang wanita.

Seperti kiasan yang ia sampaikan, kini ia merasakan manfaat dari air putih. Air yang jarang dipilih orang karena membosankan dan tidak ada rasa sama sekali tapi justru paling menyehatkan dibanding minuman lain. Sedang dahulu ia merasakan kelezatan pada air berwarna meskipun sejatinya itu berdampak tidak bagi tubuhnya.

Perumpamaan yang indah, yang merupakan penggambaran keteguhan dari seorang wanita yang telah berhijrah kearah yang lebih baik karena mengharap keridhoan dari RabbNya.

Sebuah hikmah yang bisa saya ambil, ketika kita berniat ingin menjadi lebih baik dan berusaha untuk mendekati Allah, maka Allah akan membantu kita. Kita berjalan menuju Allah dan Allah akan berlari mendekati kita.

Semoga Fulanah tetap istiqomah dalam masa penantiannya. Dan keberkahan selalu melingkupi setiap jejak langkahnya. Aamiin.

Allahua’lam

-Sebuah kisah nyata seorang kawan-

9 Mei 2012

Aku Tidak Lebih Baik Darinya

Malam itu saya ada janji bertemu dengan seorang kawan, bukan sebuah janji untuk membicarakan suatu yang penting. Hanya ingin bertemu untuk melepaskan rasa rindu yang telah kami pendam karena kesibukan kami. Kami bertemu disebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.

Iseng-iseng aku mengajak dia untuk bertanya harga hape, karena memang aku sedang mensurvey harga hape. Karena kawanku pun baru membeli hape baru di pusat perbelanjaan tersebut, maka ia merekomendasikan toko tempat ia membeli hapenya padaku. Sampai ke toko yang dimaksud, kami disambut oleh pramuniaga dan pemiliknya (mungkin). Kami dijamu dengan baik, pemiliknya itu masih mengingat kawan saya karena baru kemarin ia membeli hape. 

Dibalik penyambutan yang hangat, ada kejanggalan yang menggelayut dalam hatiku. Pramuniaga toko itu. Bajunya mungkin biasa saja. Kaos lengan pendek, tapi... bahannya sangat tipis dan ukurannya kecil sehingga tampak baju dalamannya terlihat jelas. Entah sengaja atau tidak, ia tidak mempedulikan baju dalamannya yang terlihat. Padahal pemilik toko tersebut adalah laki-laki. Saya menatapnya dengan rasa heran dan memendam dalam hati tanya saya

Hanya sejenak kami bertanya harga hape disana. Tidak jauh kami meninggalkan toko tersebut, saya refleks berkata kepada kawan saya, "wanita itu kok nyaman saja ya berpakaian seperti itu, apa ia tidak merasa jengah jika pakaiannya itu dapat menimbulkan efek buruk bagi dirinya ?"

Yang saya kira kawan saya akan mendukung saya dengan ikut tidak menyetujui cara pakaian wanita tersebut justru menjawab pertanyaan saya dengan lembut namun mampu menohok saya seketika.
"Kenapa kamu tidak berbicara langsung saja didepannya ?" kata kawan saya.

Glekk !!

Perkataan yang lembut namun sangat dalam. Saya langsung tidak bereaksi apapun dan mencoba mengalihkan arah pembicaraan. 

*****
Hingga kini, perkataan itu selalu terngiang dalam ingatan saya. Saya tidak lebih baik darinya jika saya belum mampu mengingatkannya tapi justru menggunjingnya dengan segala kekurangannya. Padahal bisa jadi orang yang saya gunjing itu belum tentu akan bernasib lebih buruk daripada saya diakhir hidupnya. Who knows ?? Hanya Allah yang tahu pastinya. 

Saya jadi teringat cerita kawan saya yang lain. Ia tidak akan pernah mau mendengarkan perkataan khadimatnya jika perkataannya itu mengandung unsur membicarakan keburukan orang lain. Alasannya, karena kawan saya tidak ingin ia dibicarakan orang lain dibelakangnya. 

It's simple.. Jangan menggigit jika tidak ingin digigit.

Saya juga tidak akan senang pastinya jika ada orang lain yang membicarakan saya dibelakang saya. Saya harus belajar merasakan ketidaksukaan saya itu ketika saya mulai membicarakan oranglain dibelakangnya. Harus bisa. InsyaAllah...
Namun tidak semudah jika dalam praktek. Ada rasa tidak enak jika langsung berbicara didepan seseorang mengenai keburukannya. Meskipun membicarakan dibelakangnya pun juga tidak lebih baik kecuali untuk maksud mencari jalan keluar dan bukan sengaja membuka aib. Jika pada akhirnya tidak bisa merubah dengan cara apapun, minimal dengan sebuah do’a yang terukir tulus dari hati untuk perubahan saudara-saudara kita –juga kita sendiri- menjadi lebih baik. Aamiin...

Tidak mudah, sungguh tidak mudah. Tapi saya yakin, juga bukan perkara yang sulit. Dibalik ketertatihan kita -terutama saya- untuk terus belajar mengendalikan diri mengungkap sesuatu yang tidak pantas diungkap, akan menjadi sebuah ibadah. 

Karena saya, kamu, mereka hanya sedang berjalan diroda kehidupan, sedang berjalan dalam lingkaran keimanan. Disudut mana berdiri, insyaAllah selalu berupaya untuk menjaga diri dalam balutan keridhoanNya. Baik buruknya kita semoga terbingkai dengan kata-kata yang indah. Dan baik buruknya kita semoga menjadi hikmah. 

Apapun yang terlihat -meskipun tidak menyedapkan pandangan- tahanlah dalam hati jika belum mampu menyampaikannya langsung. Olahlah menjadi sebuah petunjuk bagi diri pribadi dan yang lainnya kedalam wadah yang bermanfaat. Semoga segala usaha kita semua dalam menyampaikan kebaikan selalu dalam ridhoNya. Dan semoga segala tingkah laku kita selalu dalam pengawasanNya. Aamiin.


Allahua'lam 

8 Mei 2012 

C.I.N.T.A : Cerita Indah Namun Tiada Arti, Really ?

Bila kamu sedang putus cinta (dari sang pacar tentunya), maka dunia yang tadinya seindah dalam lukisan akan menjadi abu-abu tak berwarna. Cinta yang sebelumnya sangat diagungkan akan sekejap mata akan berubah menjadi objek cacian. 

Dan bertebaranlah playboy-playboy cap kadal yang suka mengatakan cinta kepada wanita. Ia tahu wanita adalah makhluk yang senang dipuji dan diperhatikan (sepertinya tidak semua, semoga).

Tidak akan lagi aku mengenal cinta. Tidak akan lagi aku mau berhubungan dengan pria. Semua pria sama. Sama-sama tidak punya perasaan, selalu mempermainkan wanita.

Wuihh dahsyat sekali kata-katanya. Seakan-akan ada wonder woman baru yang bermunculan dan merasa tidak membutuhkan pria sama sekali.  Padahal dilain pihak, masih banyak wanita yang sedang menanti pangeran impiannya hadir. Padahal sejatinya wanita membutuhkan tempat bersandar. Ya, sehebat apapun wanita secara fisik. 

Jadi siapa yang patut disalahkan dengan fenomena seperti itu ?

Kemudian menyebarlah kepanjangan dari kata cinta yaitu cerita indah namun tiada arti. Hmmm, really ?

Jika cinta itu berwujud, ia pasti akan marah besar. Menjadi kambing hitam akan kebobrokan zaman. Menjadi alasan demi terciptanya musibah besar. Menjadi pembenaran untuk sebuah kemaksiatan. Saat senang ia diingat dan diagungkan. Ketika sedih, ia menjadi korban oleh pelaku yang merasa dianiaya oleh cinta. 

Padahal cinta adalah indah, selalu indah. Cinta itu suci selalu suci dan hanya hadir pada saat yang suci. Penciptanya saja Maha Indah, Maha Suci. Lalu mengapa kemudian ciptaanNya menjadi tidak suci dan tidak indah hanya karena perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab ??

Kalau melihat contoh yang "gagal", bisa saja mengatakan seperti itu. Bisa saja saya, dia, kalian atau mereka adalah contoh yang gagal. Gagal yang berarti pernah merasakan cinta yang salah. Pernah menikmati gula-gula masa pacaran yang sejatinya gula-gula itu hanya semu. Tapi lebih baik gagal untuk menuju keberhasilan dibanding gagal dengan terus menerus dan merasa bahwa apa yang dijalani itu benar (meskipun sebenarnya tidak).

Cukup merasakan setitik pahitnya empedu dan berganti manisnya madu. Berarti kita memiliki lidah yang berfungsi secara normal. Namun jika empedu itu tetap terasa nikmat dilidah meskipun berkali-kali kita meludah namun tetap saja mengecapnya, Maka siapa yang perlu disalahkan ? Apakah sebuah lidah yang hanya anggota tubuh ataukah kita yang menjadi panglimanya ?

Lidah ibarat sebuah cinta. Maka bukan cinta itu yang salah tapi seseorang (entah siapa). Yang pasti jika ada cerita Romeo dan Juliet yang kisah cintanya berakhir tragis atau kisah cinta seorang cerdas yang bernama Qais kepada Laila hingga ia dijuluki Majnun (tidak waras), bukanlah cinta yang patut dipersalahkan. Sekali lagi bukan. Dan selamanya bukan.

Jika menilik keindahan cerita Rasulullah Muhammad dengan ibunda Khadijah, mungkin bisa kita jadikan tauladan. Cinta yang suci (karena Allah semata). Bukan cinta berdasarkan harta. Bukan cinta yang menyebabkan seseorang berubah dari raja menjadi budak. Bukan cinta yang melenakkan hingga melalaikan hati. Cinta yang diawali dengan niat hanya karena Allah. Dan selanjutnya menjadi ibadah-ibadah yang tiada ternilai oleh dunia. Meskipun kisahnya terkadang tertutupi oleh kisah cinta imaji mengenai putri salju, cinderella dan semacamnya yang sudah bisa merasakan "cinta" tanpa ada ikatan sebelumnya. Yakinlah itu hanya cerita fiktif dan kita hidup didunia nyata. 

Dalih cinta yang begitu beragam. Cerita cinta yang bertebaran. Jika tidak benar-benar menelaah, maka akan lebih banyak pembenaran pada cinta yang salah.

Oh cinta. Kau tak berwujud namun kau adalah impian setiap insan. Karena dengan cinta semua indah (cinta tanpa nafsu). Dengan cinta semua bermakna. Dunia damai dengan cinta. Cinta mampu mengubah keterpurukan menjadi timbunan semangat. Cinta mampu membuat kelemahan menjadi kekuatan.

Jangan melelahkan diri mencari cinta. Dekati saja dulu Sang Pembuat Cinta, Sang Pemilik Cinta. Biarkan Dia menghadiahkan kita cinta yang indah. InsyaAllah.

Allahua'lam

-Tak bosannya membahas tentang cinta- 

Ragu : Benar Atau Salah ?

Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu, berpindahlah kepada apa-apa yang tidak meragukanmu, karena jujur itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keraguan.
HR. Tirmidzi

Diantara keyakinan dan ketidakyakinan, ada sebuah sikap yang berada ditengah-tengahnya yaitu keraguan. Bunyi hadits diatas menyatakan untuk meninggalkan apa-apa yang meragukan. Tapi keraguan seperti apa yang patut ditinggalkan ?

Apakah jika ada undangan kebaikan semisal ada ajakan untuk menghadiri sebuah kajian, lalu tiba-tiba hati kita terselipi keraguan untuk menghadirinya, bisakah kita menggunakan hadits diatas sebagai acuan untuk tidak mengikuti kajian tersebut ?

Apakah jika ada ajakan dari seorang kawan untuk menonton bioskop, hati kita merasa nyaman saat itu sehingga dengan pasti mengiyakan ajakan tersebut, berarti kita sudah terbebas dari keraguan yang dimaksud ?

Allahua'lam. Hanya Allah yang Maha Mengetahui setiap isi hati hambaNya. Hanya Allah yang tahu tentang segala niat yang terpatri dalam setiap langkah menuju suatu usaha. Hanya Allah yang tahu apakah kebaikan itu memang sebuah takdir yang harus kita jalani atau justru takdir keburukanlah yang harus dijalani.

Sebuah cerita :
Sore itu adalah jadwal Hagia mengaji. Namun tidak ada kabar apakah pengajian yang diadakan tiap satu pekan sekali itu akan berlangsung pada pekan ini. Karena memang, meskipun pengajian sepekan sekali namun jika ada halangan maka pengajian itu ditiadakan dan kadang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Itulah yang membuat Hagia ragu. Ia tidak ingin kedatangannya sia-sia karena mendadak pengajian ditiadakan. Hagia menelpon kawan-kawannya untuk menanyakan kepastiannya. Namun tidak bisa. Hagia semakin ragu. Pada akhirnya dengan perasaan yang tidak menentu ia pun berbenah diri dan bersiap hendak berangkat kepengajian. Subhanallah, tatkala selesai bersiap ternyata ada pesan dihandphonenya dari seorang kawan yang menanyakan Hagia sedang dimana dan sikawan tersebut mengabarkan bahwa ia sudah berada di pengajian. 

Kisah diatas mungkin bisa menjadi sebuah jawaban mengenai keraguan bagaimana yang harus dihindari dan keraguan seperti apa yang sebenarnya adalah sebuah rasa was-was yang diselipkan iblis kedalam hati manusia.

Saat kita berada pada jalur kebaikan kemudian timbul rasa ragu dalam hati, baiknya dicerna terlebih dahulu. Apakah memang itu benar sebuah keraguan atau hanya rasa was-was yang sebenarnya adalah ketakutan yang berlebihan ? Allah Maha Mengetahui, jika kita telah meniatkan untuk melakukan sesuatu yang baik maka lakukanlah, sebatas itu tidak terdapat halangan. Bagaimana nanti selanjutnya, pasrah saja kepada Allah Rabb Semesta Alam. Hanya untuk kebaikan ? Ya.

Bagaimana dengan keburukan ?
Menurut hadits diatas keraguan yang harus ditinggalkan jika kehadirannya adalah untuk sebuah kemaksiatan atau hal-hal yang sia-sia. Maka tinggalkanlah. Karena Allah telah memberitahukan bahwa hanya ada halal dan haram, baik dan buruk, sedangkan keraguan yang berada diantaranya maka tinggalkanlah. Meninggalkan keraguan akan dekat kepada taqwa. Allahua'lam.

Jika Benci

Ranu adalah pegawai baru disebuah perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa. Ia diterima sebagai salah satu staff keuangan. Bidang yang sangat baru baginya. Meskipun ia kuliah jurusan yang sama tapi belum pernah sekalipun ia berkecimpung dibidang keuangan. Dan saat ini, ia merasakan tantangan untuk mengaplikasikan ilmu yang ia pelajari.

Namun, hari itu ia merasa jengkel terhadap atasannya. Meskipun ia pernah mengenyam ilmu dibidang yang sama dengan pekerjaannya saat ini, tetapi ia sama sekali buta akan prakteknya didunia kerja. Ia paham hanya sebatas teori. Ranu masih sangat bergantung akan atasannya itu. Seringkali ia bertanya mengenai operasional perusahaan dan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Kantor tempat Ranu bekerja ada beberapa unit namun masih dalam area yang sama. Hari itu atasannya yang biasa mengajarnya tidak berada di unit tempat Ranu bekerja, entah ada masalah apa namun atasan Ranu hingga siang hari masih tetap berada di unit lain. Ranu sempat berprasangka buruk, bahwa sang atasan lebih menganakemaskan salah satu pegawai di unit yang saat itu sedang dikunjunginya. Karena dari yang Ranu tahu, memang unit tersebut memiliki kesibukan yang lebih dibanding unit lainnya termasuk di unit tempat Ranu berada. Dan pegawai tersebut adalah salah satu pegawai yang memiliki tugas lebih kompleks dibanding yang lain.

Ranu kesal karena ia merasa ia juga membutuhkan perhatian yang lebih. Ia masih nol dibidang itu dan tidak ada yang bisa mengajarinya di kantor barunya selain atasannya tersebut.

Tapi Ranu hanya menyembunyikan perasaan kesalnya sebatas didalam hati. Pekerjaan yang belum bisa ia kerjakan ia pending dahulu dan mencoba mengerjakan pekerjaan yang lebih mudah.

Sore hari barulah sang atasan muncul diunit tempat Ranu bekerja. Ranu masih merasa kesal namun tetap ia simpan dalam hati saja. Ia pun bersikap seperti biasa. 

Tak disangka, atasan Ranu datang dengan membawa beberapa data yang memang ia perlukan sebagai bahan pembuatan laporan. Ia merasa bersalah telah berprasangka buruk kepada atasannya. Akhirnya ia berusaha untuk berfikir positif bahwa memang ia berlaku demikian karena tuntutan pekerjaan. Meskipun ada yang sesuatu yang masih mengganjal dihati Ranu, ia coba mengabaikan. Ia akan berusaha selalu berfikir baik dan berusaha untuk bekerja seoptimal mungkin dan bertanya jika memang benar-benar sudah tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

*****
Begitu mudah mengibarkan rasa benci didalam hati. Pun dengan hati saya yang sering rentan dengan adanya rasa benci. Jika sebelumnya saya teramat menyenangi sesuatu atau seseorang, sejurus kemudian bisa jadi saya  merasakan kebencian yang tidak terkalahkan hanya karena masalah sepele. Kebaikan orang-orang itu pun bak asap yang lenyap begitu saja terbakar kebencian. 

Mungkin sulit menyembunyikan rasa benci, biar ia tidak tampak pada wajah atau raga. Tapi bukan hal yang mudah. Kita hanya manusia biasa yang selalu berusaha untuk tetap menyembunyikan segala rasa, baik atau buruk supaya tidak menimbulkan efek berlebihan setelahnya. 

Semoga dengan selalu berupaya mengingat Allah, kita terhindar dari segala macam prasangka, rasa benci dan hal buruk lainnya. Karena manusia adalah manusia yang tidak luput dari khilaf, paling tidak kita senantiasa berusaha meminimalisirnya sebaik mungkin. Selalu meminta perlindungan hanya kepada Allah untuk dijauhkan dari segala perasaan was-was yang datangnya dari syaithan. InsyaAllah.

Saat Hati Terbelah

Saat hati terbelah
Diantara rasa yang terpecah
Sejenak bahagia terasa
Beberapa jenak kemudian nestapa tiba

Benarlah hidup jika berputar bagai roda
Ada airmata sesaat lalu senyuman
Itu hanya sarana
Penguatan hati yang terkadang luruh

Tiada yang terkuat
Pun usah merasa lemah
Setiap insan adalah hamba
Berwarna dalam rasa

Marahlah seketika
Dan menangislah sepuasnya
Namun jangan abaikan Tuhanmu didalamnya

Karena kau tak mampu sendiri
Saat layarmu tak mampu terkembang
Kau berdoa dalam kekhusyuan
Kemudian kau asyik masyuk dalam keceriaan
Saat kapalmu berlayar tenang

Nikmati saja segala rasa
Semua adalah anugerah
Tetapkan Tuhan diruang terindah
Bukan pada beranda atau pagar jalanan
Bukan pada aliran airmata atau raungan semata

Biar rasa itu selalu bermakna