Artikel

Ragu : Benar Atau Salah ?

Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu, berpindahlah kepada apa-apa yang tidak meragukanmu, karena jujur itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keraguan.
HR. Tirmidzi

Diantara keyakinan dan ketidakyakinan, ada sebuah sikap yang berada ditengah-tengahnya yaitu keraguan. Bunyi hadits diatas menyatakan untuk meninggalkan apa-apa yang meragukan. Tapi keraguan seperti apa yang patut ditinggalkan ?

Apakah jika ada undangan kebaikan semisal ada ajakan untuk menghadiri sebuah kajian, lalu tiba-tiba hati kita terselipi keraguan untuk menghadirinya, bisakah kita menggunakan hadits diatas sebagai acuan untuk tidak mengikuti kajian tersebut ?

Apakah jika ada ajakan dari seorang kawan untuk menonton bioskop, hati kita merasa nyaman saat itu sehingga dengan pasti mengiyakan ajakan tersebut, berarti kita sudah terbebas dari keraguan yang dimaksud ?

Allahua'lam. Hanya Allah yang Maha Mengetahui setiap isi hati hambaNya. Hanya Allah yang tahu tentang segala niat yang terpatri dalam setiap langkah menuju suatu usaha. Hanya Allah yang tahu apakah kebaikan itu memang sebuah takdir yang harus kita jalani atau justru takdir keburukanlah yang harus dijalani.

Sebuah cerita :
Sore itu adalah jadwal Hagia mengaji. Namun tidak ada kabar apakah pengajian yang diadakan tiap satu pekan sekali itu akan berlangsung pada pekan ini. Karena memang, meskipun pengajian sepekan sekali namun jika ada halangan maka pengajian itu ditiadakan dan kadang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Itulah yang membuat Hagia ragu. Ia tidak ingin kedatangannya sia-sia karena mendadak pengajian ditiadakan. Hagia menelpon kawan-kawannya untuk menanyakan kepastiannya. Namun tidak bisa. Hagia semakin ragu. Pada akhirnya dengan perasaan yang tidak menentu ia pun berbenah diri dan bersiap hendak berangkat kepengajian. Subhanallah, tatkala selesai bersiap ternyata ada pesan dihandphonenya dari seorang kawan yang menanyakan Hagia sedang dimana dan sikawan tersebut mengabarkan bahwa ia sudah berada di pengajian. 

Kisah diatas mungkin bisa menjadi sebuah jawaban mengenai keraguan bagaimana yang harus dihindari dan keraguan seperti apa yang sebenarnya adalah sebuah rasa was-was yang diselipkan iblis kedalam hati manusia.

Saat kita berada pada jalur kebaikan kemudian timbul rasa ragu dalam hati, baiknya dicerna terlebih dahulu. Apakah memang itu benar sebuah keraguan atau hanya rasa was-was yang sebenarnya adalah ketakutan yang berlebihan ? Allah Maha Mengetahui, jika kita telah meniatkan untuk melakukan sesuatu yang baik maka lakukanlah, sebatas itu tidak terdapat halangan. Bagaimana nanti selanjutnya, pasrah saja kepada Allah Rabb Semesta Alam. Hanya untuk kebaikan ? Ya.

Bagaimana dengan keburukan ?
Menurut hadits diatas keraguan yang harus ditinggalkan jika kehadirannya adalah untuk sebuah kemaksiatan atau hal-hal yang sia-sia. Maka tinggalkanlah. Karena Allah telah memberitahukan bahwa hanya ada halal dan haram, baik dan buruk, sedangkan keraguan yang berada diantaranya maka tinggalkanlah. Meninggalkan keraguan akan dekat kepada taqwa. Allahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar