Artikel

Nikah, sebuah lelucon

Ku nikahi engkau untuk menutupi malu
Ku nikahi engkau supaya janinmu memiliki status 
Ku nikahi engkau, tiada sedikit pun rasa
Ku nikahi engkau karena terpaksa

Dulu, kita bertemu karena rasa
Sebuah rasa yang tak biasa
Sebuah rasa yang kemudian berganti nafsu
Merasakan tanganmu menyentuh tanganku
Mencoba kecupan kecupan diwajahmu
Sungguh, aku inginkan lebih
Mengecap tiap jengkal tubuhmu
Yang sebelumnya selalu kau pamerkan 
Pada tiap lelaki, juga aku

Aku bukan lelaki suci 
Dan ku Tau kau pun sama
Sepasang tubuh yang sering terjamah nafsu
Bebas, tanpa pamrih kita memberi
Seolah tubuh tiada berharga 
Hanya sekedar pelampiasan hasrat

Nikah, hanya sebuah lelucon
Jika aku bisa merasakan mu tanpa adanya ikrar
Sepuasnya tanpa kau batasi
Bahkan kau yang mendatangi

Tak pernah terbersit rasa bersalah
Karena dosa pun Tak bertanda

Kini aku berstatus Imam mu
Tapi bukan ayah anakmu
Meski aku yang menanam benih nya
Atau mungkin bukan aku yang menanamnya

Entah bagaimana kita kelak
Bukan karena cinta kita bersatu namun karena nafsu
Bahkan seruan agama hanya berlalu
Kita kini, adalah yang kita tanam dahulu

25 Mei 2015
Ummu Syauqi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar