Artikel

Kawanku Ada Di Hati

Sejak kecil, satu doa yang tak pernah lupa saya pinta adalah supaya Allah memberikan saya kawan. Ya, seorang kawan yang tak hanya lalu lalang, singgah sejenak lalu pergi meninggalkan saya. Saya ingin kawan yang selalu ada disamping saya saat dibutuhkan, siap mendengarkan setiap keluh kesah saya. Dan saya baru mengetahui atau mengambil hikmah kenapa Allah tak mengabulkan doa say - dengan tak memberi saya hanya satu orang kawan - tetapi banyak kawan. Saya berfikir, jika saya hanya memiliki satu kawan, saya akan sangat bergantung kepadanya. Tak bisa mandiri. Ketika saya sadar, saya memiliki banyak kawan dengan berbagai sifat dan karakter. Saya akan selalu berusaha menjaga tali pertemanan tersebut.

Saya belajar, bahwa teman yang selalu menyertai kita kemanapun bahkan sampai sering menginap, tak berarti bisa menjadi kawan yang singgah di hati. Apalagi jika hati tak pernah bersua, hanya sekedar perjumpaan fisik semata.




Saya pernah memiliki kawan semasa kuliah, kemana-mana kami selalu bersama-bertiga-termasuk saya. Tak jarang kami bertiga menginap disalah satu rumah kami. Main bersama hingga mengerjakan tugas kuliah bersama. Tiap kali bertemu, ada hal yang mengganjal dalam hati saya. Suatu ketidaknyamanan. Saya berlatar hidup sederhana yang tidak menyukai kemewahan. Namun kedua kawan saya adalah tipe orang berselera tinggi. Mungkin karena banyaknya perbedaan itulah saya sering tak merasa nyaman, tetapi saya selalu menutupi rasa itu. Walaupun seperti itu, mereka sangat baik kepada saya. Lambat laun karena kesibukan saya bekerja membuat kami jarang bertemu. Ada rindu namun tak teramat sangat. Tapi saya selalu berusaha untuk tetap berkomunikasi. Walau hanya lewat media telpon.

Beberapa waktu kemudian, saya bertemu kawan baru yang sebenarnya sudah lama kenal tapi baru beberapa bulan menjadi dekat. Tak di sangka, orang yang saya kira egois, jaim dan cuek ternyata bagai mutiara yang berkilau. Perkataannya selalu menenangkan kala hati gundah. Tak pernah membenarkan tiap kesalahan saya dan selalu mengingatkan kebaikan. Fisik kami jarang bersua, tapi kami selalu merasa dekat. Saya selalu merindukannya. Wanita yang sempurna, menurut saya.

Saya menjadi paham, bahwa Allah akan memberi yang kita butuhkan dan bukan apa yang kita inginkan. Saat ini saya akan selalu berusaha menjaga pertemanan, meskipun berbeda pandangan. Karena berbeda otak beda juga fikiran. Dengan adanya banyak kawan, dengan beragam pemikiran akan menjadi lebih berwarna dan kita dapat bertanya mengenai banyak hal.

Dan juga, saya mempelajari bahwa yang disebut sahabat adalah bukan mereka yang melulu selalu berdampingan secara fisik tapi hati berjarak. Sahabat itu adalah yang selalu dekat di hati meski jarak membentang. Selalu timbul rasa rindu ketika berjauhan, menyenangkan bila bertemu serta mencintainya karena Allah. Allah yang telah mempertemukan kami.

Wallahua’lam

29 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar