Beranjak bangkit telah terik
Memacu alas di atas aspal
Roda-roda berputar melangkahi waktu
Sekelebat senyum tersangkut di pintu
Darah-darah yang berdesir
Keringat-keringat yang menjadi bulir
Debu-debu yang bergilir
Dimanakah kau takdir ?
Paras kota kian muram
Rupiah tertanam hutan beton menjulang
Celah kayu berderit
Penghuni gubuk tua menjerit
Senyum tulus dari sudut pegunungan
Tawa riang dari hijau persawahan
Melebur, kau adalah kau
Aku hanyalah aku
Ini mungkin indah, abadi sejenak
Ada yang terusik dan berbisik
Jenuh dengan ini, lalu kembali
Semoga tak berbayang
Sekejap berpijak, lalu hengkang
16 Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar