Artikel

Penjagal Berwajah Lembut

Kejahatan, meskipun sedikit pasti setiap kita pernah melakukannya baik disengaja maupun tidak. Kejahatan dapat mendominasi hati hingga hati mati. Yang ditandai dengan tak ada cahaya iman yang terpancar. Setiap nasihat akan di abaikan. Seruan kebaikan hanya berlalu lalang tanpa pandang.

Tak ada yang bisa menilai kejahatan yang tertutup rapat atau terbungkus kepalsuan. Tapi bila kita bisa lebih arif menyikapi setiap kejahatan dengan memahami setiap objek dari peristiwa bukan melulu subjek yang menjadi terdakwa. Jika kejahatan dapat teruangkap, sesungguhnya ada sebab yang menjadikannya ada, yang kadang membutuhkan pemikiran yang jernih yang takdilakukan pada penghukuman secara langsung tapi pembentukan atau pengembangan karakter yang melenceng akibat masa lalu yang buruk atau trauma yang mendalam terhadap suatu peristiwa.

Seperti pada kasus yang terjadi pada terdakwa mutilasi dan sodomi anak “Baekuni alias Babeh”. Jika dilihat dari satu sisi, semua orang bahkan saya sendiri sepakat untuk menyematkan predikat penjahat kelas kakap padanya akibat kejahatannya yang melewati batas nalar manusia. Namun di antara sisi kelam tersebut, ada satu sisi lagi yang menarik perhatian saya. Saya berfikir, mungkin Babeh ini adalah seorang pshyco atau orang yang memiliki kepribadian ganda. Dia sangat kejam karena dengan mudahnya memutilasi bocah-bocah yang tak mau menurutinya untuk melampiaskan hawa nafsunya ataupun setelah melakukannya setelah menyodomi korbannya. Korbannya pun tersebar diberbagai kota di pulau Jawa.

Di satu sisi lagi, kalau saya telisik mengenai masa lalu Babeh yang pernah mengalami perlakuaann seks menyimpang (informasi diperoleh dari berita di media massa) yang di perolehnya ketika mulai hidup dijalan. Cerita masa buruk malu tersebut mungkin  sangat melekat dalam diri Babeh hingga mengubah orientasi seksualnya pun menyimpang. Bahkan dalam beberapa kasus, banyak pelaku sodomi yang memiliki masa lalu serupa seperti yang pernah di alami Babeh.

Babeh dikenal masyarakat sekitarnya sebagai seorang yang lembut dan penyayang terutama pada anak-anak. Tapi karena ia pun manusia biasa yang mempunyai kebutuhan biologis, lalu tak terkendali hingga pelampiasannya menjadi salah hingga mengakibatkan nyawa bocah-bocah lenyap ditangannya secara kejam.

Itulah salah satu cerita, dimana kebaikan dan kejahatan menyatu menjadi dua kepribadian dalam tubuh manusia. Kadang kita perlu menyikap suatu persoalan tak hanya melihat subjeknya saja, meskipun hal tersebut sangat kejam. Dibalik cerita tersebut pasti ada suatu objek berupa masa lalu yang mengakibatkan seseorang berkelakuan jahat. Bijaknya, kita tak langsung menghukum seseorang akibat kejahatannya tapi dilihat motif dibaliknya. Atau dihukum namun disertai dengan bimbingan ke arah yang lebih baik secara mental.

Silahkan dihukum atau wajib dihukum, jika itu memang benar-benar bermotif kejahatan.

Saya tak mendukung kejahatan, tapi lihat sesuatu secara bijak sehingga ada hikmah yang bisa di ambil.

Roxy, 6 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar