Artikel

Ksatria Jalanan

Sore hari selepas pulang bekerja…

Di dalam kopaja menuju kediaman saya,
Tiba-tiba naik seorang bapak-bapak yang sebelumnya saya kira penumpang. Tapi ternyata bukan  karena dia tak mencari bangku yang kosong justru  dia berjalan ke hadapan penumpang. Saya memperhatikannya dengan seksama. Saya kira dia akan mengemis. Bukan saya bermaksud suuzhon seperti itu. Karena sebagai penumpang setia kopaja, sering saya mengamati mereka yang lalu lalang di dalam kopaja. Ada yang mengamen, mengancam sambil meminta uang kepada penumpang dan orang yang mengemis serta penjual makanan dan minuman.

Dengan raut muka memelas dan memakai tas selempang. Tubuh dan wajahnya sedikit miring, seperti pernah terkena stroke. Saya mengira lagi, itu adalah trik untuk mengelabui penumpang supaya merasa kasihan dan memberi uang.

Astaghfirullah. Ternyata prasangka saya salah semua.
Setelah bapak itu berdiri menghadap  para penumpang, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Bapak itu berjualan pulpen. Dengan suara yang parau, ia menawarkan pulpen berharga Rp 1000,- kepada tiap penumpang, termasuk saya.

Saya terenyuh, hati saya tersentak. Saya pun membeli pulpen yang diberikan kepada saya. Saya tak terlalu membutuhkan pulpen, tapi niat saya ingin membantu bapak itu. Bangga saya dengan bapak itu, dengan keterbatasan yang dimiliki dia tetap mencari nafkah dengan jalan yang halal tanpa meminta-minta.

Saya berfikir sebelumnya seperti itu karena, karena tak sekali dua kali saya mendapati  orang-orang yang sebenarnya normal tapi berperilaku seperti orang cacat dengan tujuan untuk dikasihi dan diberi uang (peminta-minta). Dan hal tersebut sangat sering terjadi di jalanan.

Lain waktu saya melihat seorang bapak-bapak dengan tampang memelas naik kedalam kopaja, lalu meminta-minta. Beberapa hari kemudian saya lihat lagi Ia di luar kopaja sedang asyik menghitung uang dengan wajah yang segar bugar. Saya juga pernah mendapati anak muda yang berpura-pura lumpuh, esoknya berpura-pura bisu tapi beberapa hari kemudian saya lihat dia berjualan koran.

Astaghfirullah. Apapun di lakukan demi mendapatkan uang, bahkan dengan menipu.

Kontras dengan seorang bapak yang kurang secara fisik tapi tetap gigih berjualan tanpa mau meminta-minta. Mungkin bapak itu berfikir, lebih baik mendapat uang dengan peras keringat meski tak banyak di banding dengan mengemis.

Ya Allah, berikanlah mereka yang telah berusaha ditengah keterbatasan mereka dengan rizki yang berkah dan berlimpah.

Wallahua’lam.

Jakarta, 19 November 2010 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar