Alhamdulillah, siang ini Allah memberikan rahmatNya melalui turunnya hujan. Mungkin saat inilah yang di tunggu-tunggu, maklum saja semenjak pagi hingga menjelang siang terik mentari sangat menyengat. Awal terlihat awan hitam pun saya sudah merasakan kesejukan, nikmat sekali terasa. Kian lama awan hitam itu begejolak dan perlahan mengeluarkan air dari langit. Dan tak lama juga angin kencang bertiup seolah ingin meleburkan benda-benda yang terhembus oleh kencang tiupannya.
Ketika hujan turun di sertai angin kencang saya masih berada di tempat kerja, pukul empat kurang hujan mereda dan saya pun bergegas pulang untuk menghindari hujan deras turun kembali.
Setelah hujan sedikit reda tanpa angin kencang seperti tadi, nampak pohon-pohon bertumbangan. Dan sepertinya bukan hanya di tempat yang saya lihat. Akan saya lihat selengkapnya nanti di acara berita, mengenai angin kencang yang memporak-porandakan Ibukota sore ini. Dan tak lupa masalah kemacetan pastinya.
Saya kurang paham, mengapa tiap kali hujan turun, macet tak pernah terhindarkan. Yang saya tahu, mungkin ketika hujan jalanan basah dan rentan licin jika berkendara terlalu kencang. Jadi karena lambatnya kendaraan, maka semua kendaraan akhirnya berkerumun menjadi satu Itu saja. Alasan lain saya belum menemukannya.
Saya berada di persimpangan lampu merah Tomang, saat saya lihat kendaraan telah ramai. Lampu jalan seolah tidak berfungsi. Saya lihat lampu berwarna hijau tapi kendaraan arah tol Merak berhenti total. Tak hanya itu, hampir kendaraan dari segala arah tak dapat bergerak sambil memainkan irama klakson yang memekakkan telinga. Saya fikir percuma saja, mereka yang berkendara memencet bel klakson bahkan dengan tegangan tinggi jika tak ada satupun di antara mereka yang mengalah. Adanya petugas lalu lintas pun tidak banyak membantu. Walhasil kendaraan menumpuk di titik tengah persimpangan.
Saya yang hendak menyebrang ke arah grogol pun sangat sulit, terselip di antara kendaraan-kendaraan yang menghimpit. Saya ingin melewati kerumunan motor-motor yang menumpuk di satu titik tapi tak berhasil, mereka seolah tidak berkenan mengizinkan kami para pejalan kaki hanya untuk sekedar melewati mereka. Hmmm.. (tatapan para pengendaranya pun jauh dari ramah, nyaris tanpa senyum). Saya tersenyum, jika tidak ingin berbaik hati, nikmati saja keadaan ini, entah sampai kapan (kata saya dalam hati).
Alhamdulillah saya tak terpancing emosi menjadi kesal. Saya pun mencoba melewati kerumunan mobil-mobil yang juga tersendat, nyaris tak jalan. Saya fikir, sekecil-kecilnya ruang antara mobil satu dengan yang lainnya, masih bisa di lewati orang. Berbeda dengan motor yang tak ada ruang sama sekali ketika berhimpitan.
Meskipun memutar sedikit jauh tapi acara menyebrang saya lancar. Alhamdulillah. Di balik titik kemacetan yang penuh berjubel kendaraan, ternyata jalanan berikutnya sangat kosong. Saya pun melenggang dengan riang.
Setelah beberapa lama menunggu, bis yang biasa saya tumpangi akhirnya datang juga. Ternyata kemacetan tak hanya monopoli jalanan di sekitar Tomang, pertigaan lampu merah Grogol dan jembatan layang Roxy pun mengalami kemacetan yang sama. Subhanallah.
*****
Saya yakin segala masalah yang terjadi setelah turunnya hujan bukan berarti menggambarkan bahwa hujan itu buruk. Hujan tetaplah rahmat, rezeki, kasih sayang Allah kepada makhlukNya. Jika ada kemacetan yang di timbulkan tiap kali hujan, mungkin perlu di tambah tingkat kesabaran dan sedikit mengalah untuk kelancaran bersama. Karena jika tidak hujan pun macet itu selalu ada. Bila berbicara kepentingan, semua pengendara pasti punya kepentingan masing-masing. Tapi jika tidak ada yang mau mengalah, silahkan saja nikmati kemacetan. Tapi di usahakan sambil tersenyum dan berzikir pastinya. Apalagi untuk kemacetan kali ini juga di sebabkan banyaknya pohon tumbang dan reklame berjatuhan. Maka, kesal pun tidak akan menyelesaikan masalah. Jadi nikmati saja. :D
Semoga tidak ada korban jiwa akibat kencangnya angin saat hujan tadi. Karena hujan tetaplah rahmat. Jika ada yang tak baik setelahya, mungkin peringatan bagi kita. Pasti ada hikmah dibalik semuanya. InsyaAllah.
Allahumma Shoyyiban Naafi'an.
Allahua'lam
5 Januari 2012
sulit ya hidup di tengah kota besar ternyata...
BalasHapusdi nikmati ajah,,,
BalasHapustapi asik loh..
bisa belajar istiqomah,,
walopun secara pribadi saya lebih suka di kampung.. :D
bukan jakarta namanya kalau tidak macet.
BalasHapusindividualistis mayoritas penghuninya. salut bagi yang masih punya karakter ramah.
kembali ke tuntunan islam jadi solusinya....
di manapun pasti ada tantangan...
BalasHapusmungkin d jkt lebih byk,,
smoga kita tidak ikut2n n bisa berbeda..
hidup blh dkota tapi hati tetap ndeso..