Artikel

Seberapa Jauh Kami Pergi

Suatu saat, ada kalanya kesulitan hampir saja membuat kaki ini rapuh. Membuat hati menjadi pilu. Ingin sekali Rabb cepat mengangkat kesulitan itu. Hampir diujung kesabaran. Padahal sabar tidak pernah berujung. Subhanallah... Alhamdulillah. Dan, ketika Rabb selalu dihati, meski gemuruh ketidaksabaran hampir memuncak, Rabb akan mengatasi semuanya. Pertolongan-Nya seperti angin yang tanpa sadar datang dan seketika menyejukkan. Seperti pagi yang yang selalu datang untuk memberikan semangat baru. 

Indah dan teramat indah. Ketika ketidakyakinan itu memudar dengan pertolongan yang teramat indah. Saat kesulitan itu telah teratasi, maka nikmat Rabb manakah yang kami dustakan ??

Rabb yang selalu hadir dan mendampingi. Rabb yang kita sembah dan kita ibadahi. Rabb yang tidak pernah meninggalkan sedetikpun hamba-hamba yang dikasihiNya. Rabb yang selalu memberi kami pelajaran indah. Kebersamaan yang indah antara hamba dan Pencipta. Tentang Pendengar yang tidak akan mengeluh saat kami banyak bicara. Tentang Pemberi yang tidak akan pernah menolak saat kami meminta. Tentang Pemaaf yang tidak akan pernah mengabaikan saat kami bersimpuh mengucap istighfar. 

Diantara waktu-waktu kami yang selalu mengabaikan Rabb, terselip rindu mendalam. Kami yang lalai, kami juga yang merindu. Seberapa khilafnya kami terhadap Rabb. Ya, mungkin karena kami adalah hamba. Seberapa jauh kami pergi, seberapa jauh kami lupa. Hati kecil kami akan memanggil-manggil nama-Mu. Seperti segerombolan burung yang jauh meninggalkan sarang untuk mencari makan, pasti akan kembali ke sarangnya. Tidak akan pernah ia bisa meninggalkan sarangnya, keluarganya dan yang dikasihinya. Betapapun benci melingkupi batinnya. 

Rabb yang memimpin hati lemah kami. Mencondongkannya pada kebaikan. Selalu. Menjadikannya resah ketika khilaf ikut serta. 

Biarlah, ini bukan tentang kami dan semua. Ini tentang kami dan Rabb.

Tentang cinta yang masih merangkak untuk menggapainya. Bilang cinta tapi hati jauh panggang dari api.   Mungkin, semua kisah adalah nuansa. Lupa dan ingat menjadi warna. Biar tidak selalu ingat, tapi dihati lekat menjadi penyemangat. Lupa, ingat, ingat, ingat, lupa, ingat, ingat. Semoga. Dan petikan doa dalam kata yang terucap ketika bicara. Dalam keheningan. Dalam keramaian. Ada kami dan Rabb.

Rabb, kami selalu ingin melihat segalanya indah. Segala yang Kau beri menjadi indah. Diantara keterbatasan yang kami miliki. Dalam diam kami, ingin bergemuruh selalu nama-Mu ditiap sudut raga kami. Pada hati kami yang sering zhalim pada hamba-Mu yang lain, mohon sampaikan maaf kami. Tanpa sadar kami atau dengan sadar kami.

Laa hawlaa walaa quwwata illaa billaah...

Kami lemah dan akan selalu lemah, sedang Rabb adalah sumber kekuatan kami. Jalan kami yang berliku, entah jalur yang benar atau salah, mohon bimbing kami Ya Rabb. Melangkah pada jalur kebaikan yang Engkau ridhoi. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar