Artikel

Karena Kita Tak Ingin Terpaksa Menikah

Tidak ingin terpaksa menikah. Terpaksa kenapa ?? Ya, terpaksa menikah karena pihak wanita telah berbadan dua, dan pihak laki-laki mau tidak mau menikahi si wanita.

Kenapa bisa berbadan dua ?? Akibat dari pergaulan bebas antar lawan jenis atau zaman sekarang di kenal dengan pacaran. Jika dahulu, laki-laki dan wanita amatlah tinggi rasa malunya maka zaman sekarang rasa malu seperti sudah menguap.

Untuk membuktikkan cinta saja harus dengan berhubungungan layaknya suami istri, jika tidak mau maka di pertanyakanlah kesucian "cinta" nya itu. Atau jika sedang berduaan, maka rayuan syetan pun akan bertambah parah. Jika mengobrol saja sudah biasa, kemudian di lanjutkanlah hal yang "luar biasa". Hasilnya, pernikahan dadakan pun banyak di gelar, takut bertambah besar perut si wanita jika tidak buru-buru. Masalah kesiapan siap atau tidak, pihak pelaku harus siap. Lah, melakukannya saja sudah sangat siap tanpa berfikir panjang apalagi jika harus menikah.

Bersyukur jika berakhir pada pernikahan, tapi amat di sayangkan karena dari banyak berita di media, tidak sedikit bayi-bayi yang di bunuh atau di telantarkan akibat hamil di luar nikah. Na'udzubillah.

Tidak usah berbicara siapa yang salah, siapa yang benar. Yang jelas Allah telah memperingatkan untuk tidak mendekati zina. Hebatnya sekarang zina memang sudah tidak pernah lagi di dekati alias langsung ke sasaran. Menjadikan pacar bak pasangan suami istri yang seluruh jiwa raga adalah mutlak milik sang pacar.

Jangan pula salahkan syetan yang telah membisikkan rayuannya, toh itu memang tugasnya. Tapi kita sebagai muslim yang tata cara hidup kita telah di atur apik sedemikian rupa oleh Allah semestinya mau membuka hati menelaah setiap nasihat. Mendekat kearah kebaikan bukan malah menikmati kesesatan.

Memang ada-ada saja cara syetan menyesatkan. Jika hamil, maka si wanita harus di nikahi maka sekarang ada lagi produk (baca : kondom) yang tadinya hanya di gunakan untuk alat kontrasepsi bagi yang telah menikah menjadi bebas penjualannya. Mungkin untuk menaikkan tingkat penjualan atau ada sesuatu yang tersembunyi di balik itu semua.

Hasilnya, semakin bebaslah pergaulan lawan jenis. Dahulu masih ada rasa takut (mungkin) jika mereka melakukan sesuatu yang di larang, maka kini tidak lagi. Toh, sudah ada "pelindung". Berapa kali pun mereka menjalani hubungan layaknya suami istri, tidak akan terlihat bekasnya.

Tidak berlebihan jika pacaran sangat identik dengan pergaulan bebas. Mungkin tidak semua dan semoga tidak semua. Tapi hal-hal bebas semacam itu tidak akan terendus orang lain kecuali hanya pelaku dan Allah saja yang tau. Hanya Allah, tetapi gumpalan nafsu tidak menghendaki rasa takut kepada Allah untuk timbul dalam hati pelaku dan mengurungkan niat buruknya.

Mereka yang masih berada dalam hubungan pacaran dan menentang tulisan saya dan mengatakan bahwa tidak semua yang berpacaran melakukan hubungan terlarang itu. Saya patut mensyukuri pernyataan itu, dan semoga pula mereka yang menentang, tidak mendekati hal-hal kecil yang juga terlarang yang lambat laun bisa menimbulkan percikan nafsu.

Kepada mereka yang bangga dengan pasangan tidak halalnya. Maka bagi kita yang memilih untuk sendiri sebelum menikah, juga mengumandangkan kebanggaan kita. Kita bangga menjadi tuli akan rayuan syetan, Kita bangga menjaga kesucian meskipun tersisih. Kita yang menjadi jomblo sebelum menikah karena pilihan. Bisa saja kita memilih mengikuti jejak mereka untuk berpacaran, memilih satu di antara mereka yang menyukai kita .Tapi kita lebih suka memilih keridhoan Allah. Lebih suka menyibukkan diri dengan belajar dan mendekatkan diri kepada Allah. Bukan menyibukkan diri dengan keluh kesah dan air mata di atas label cinta semu.

Kita yang selalu yakin bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan termasuk manusia. Allah yang akan memberi ganjaran indah kepada yang sabar menjaga kesucian. Aamiin.

Allahua'lam

(pengingat bagi kita terutama diri pribadi)

15 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar